BREAKING NEWS
latest

728x90

Ads

468x60

header-ad

Fokus Mingguan

Slider
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Peran Perempuan Pesisir di Kampung Yomakan Distrik Yembekiri, Papua Barat

SUARA.NABIRE - Perempuan dalam kosmologi Papua, memegang peranan yang sangat strategis. Hal ini dapat dilihat dari fungsi perempuan yang lebih dominan dalam tatanan kehidupan sosial dibandingkan kaum pria. 

Di beberapa suku Papua, perempuan memiliki wewenang untuk mengatur ruang-ruang seperti: ebeai, unila, wamai dan pekarangan. Sementara kaum pria dapat mengakses ruang-ruang tersebut, tetapi tidak mempunyai peran yang besar atau tidak punya peran sama sekali, dalam mengelola tata ruang didalamnya, (Djawaru, 2014).

Kaum pria cenderung berperan dalam memberikan proteksi pada keluarga atau kampung terhadap ancaman atau gangguan dari luar. Dengan pendekatan kosmologi tersebut, konservasi berbasis gender merupakan solusi efektif dalam pengelolaan kawasan khususnya di Papua.

Dalam konteks pengelolaan sumber daya perairan, perempuan Papua, terutama di wilayah perkampungan, tidak hanya memiliki identitas sebagai "mama" atau ibu rumah tangga dan istri, tapi mereka juga adalah petani, nelayan, pengrajin, ataupun pengusaha hasil hutan, yang dengan kegiatannya telah menghasilkan pendapatan untuk keberlanjutan kehidupan dirinya dan keluarganya.

Secara turun temurun, perempuan pesisir Papua telah memperoleh manfaat dari sumber daya tanah, hutan dan air di provinsi ini untuk keberlangsungan kehidupan dirinya, keluarga dan komunitas masyarakatnya.

Kehidupan mereka di wilayah perkampungan yang dekat dengan alam membuat mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan pengelolaan serta pengolahan tanah, hutan dan air yang khas berdasarkan pengalaman dan “kesepakatan” sosial di dalam masyarakat asal mereka.


Kelompok Ibu "
Mama IRA" Kampung Yomakan 
Kampung Yomakan berada di Pulau Rumberpon yang secara administratif termasuk dalam wilayah Distrik Yembekiri. Sebagai kampung yang berada di pulau, sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan dan hanya sebagian kecil saja yang bekerja sebagai PNS, pedagang, dll. 


Kajian mengenai peran, status dan otoritas perempuan dalam pengelolaan sumberdaya yang digunakan dalam konservasi di Yomakan ini merupakan pendekatan budaya yang berangkat dari teori feminisme, yang menuju pada diskursus kesetaraan gender.

Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya pandangan bahwa terdapat ketidaksetaraan dalam akses terhadap peluang-peluang dan sumberdaya yang dialami oleh perempuan: “Feminists fight for the equality of women and argue that women should share equally in society’s opportunities and scarce resources.” (Delaney, 2005)

Namun sayangnya, peran perempuan dalam pengelolaan SDA sering terlupakan dan tidak mendapatkan perhatian. Hal ini kemudian berdampak kepada program-program pembangunan dan kebijakan-kebijakan yang belum mengakomodir ruang dan peran perempuan dalam pengelolaan sumberdaya alam, misalnya, belum dilibatkannya perempuan secara maksimal dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak kepada hilangnya ruang sumber mata pencaharian perempuan dalam pengelolaan sumberdaya alam.


Berbeda dengan Kelompok Ibu “Mama IRA” yang beranggotakan para ibu Kampung Yomakan baik tua maupun muda. Pembentukan Kelompok ini berawal dari adanya niat kaum Ibu dalam rangka kebutuhan akan ruang kelola untuk berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam. 

Selanjutnya kelompok ini dibentuk atas inisiatif kaum Ibu yang difasilitasi oleh Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) bekerjasama dengan WWF ID Teluk Cenderawasih. Peranan kelompok ini terfokus pada rehabilitasi habitat Kima (Tridacna sp.) atau disebut “Kebun Kima” oleh masyarakat. 


Relokasi kima raksasa ke kebun kima oleh kelompok Mama Ira (Foto Oleh.TNTC)

Secara kelembagaan, kelompok ini belum juga ditetapkan melalui Surat Keputusan. Namun dengan adanya niat dan semangat yang besar, mereka berkomitmen untuk ikut berperan dalam kegiatan pengelolaan kawasan konservasi perairan Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan (rusak).

Penamaan Kelompok Ibu ini dengan nama “Mama IRA” mengandung arti: Mama merupakan sebutan untuk Ibu/Perempuan yang sudah menikah sedangkan IRA adalah sebutan untuk jenis Kima yang terbesar atau Bia Ubai dalam bahasa Wandamen dengan bahasan latin yaitu Tridacna gigas.

Focus Group Discussion (FGD) dipilih sebagai metode dalam kegiatan ini, karena dengan metode ini dapat mendorong setiap peserta untuk dapat mengidentifikasi potensi dan kelemahan mereka sendiri serta dapat menyampaikan rencana serta perkembangan aktivitas kelompok hingga saat dilakukan kegiatan. 


Berdasarkan FGD tersebut, beberapa potensi partisipasi yang sempat digali antara lain:

Pertama. Semua anggota memiliki semangat dan antusiasme yang tinggi dalam upaya rehabilitasi Kima (Tridacna sp) yang telah dibangun

Kedua. Semua anggota memiliki kesamaan niat untuk mengelola dan menjaga kelestarian sumber daya alam terutama Kima yang ada di sekitar perairan Kampung Yomakan khususnya di sekitar Pulau Apimasum

Ketiga. Potensi habitat kima di perairan Kampung Yomakan sangat tinggi untuk dikembangkan menjadi obyek studi dan wisata kebun kima

Keempat. Telah terdapat beberapa kelompok masyarakat di Kampung Yomakan yang saling tolong-menolong dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pengelolaan kebun kima

Kelima. Memiliki kepedulian dalam melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat kampung Yomakan untuk tidak lagi mengambil kima dengan cara menegur dan menyampaikan kepada pihak RT dan gereja untuk memperingatkan masyarakat agar ikut serta melestarikan kima dan tidak lagi mengambil kima

Keenam. Mau bekerjasama dengan kelompok lain dalam pengelolaan kebun kima antara lain dalam transplantasi terumbu karang di area kebun kima

Ketujuh. Kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan upaya konservasi yang dilakukan telah didukung oleh beberapa kelompok nelayan serta telah memiliki peraturan Kampung Yomakan tentang pelestarian sumber daya pesisir dan laut serta telah ada Surat Keputusan bersama kepala-kepala kampung di Distrik Rumberpon dan Distrik Sougwepu tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Kerapu di Sekitar Perairan Pulau Rumberpon

Kedelapan. Kampung Yomakan telah memiliki peta wilayah kelola adat. Dalam perjalanannya, upaya pendampingan kepada Mama Ira telah melahirkan berbagai kegiatan dengan skala terbatas, termasuk rencana kerja kelompok

Tulisan ini diambil dari Buku: 
"MERETAS EKOWISATA BERBASIS KONSERVASI TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH" (Halaman: 75-79)
Penulis: Ben Gurion Saroy dan Saiful Anwar

Seorang Bhabinkamtibmas di Polsek Mapia Turun Tangan Ajarkan Aplikasi Raport K-13 ke Para Guru

SUARA.NABIRE - Luar biasa. Meskipun bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Polsek Mapia, Brigpol Agus Prayoga, memiliki jiwa dan semangat dalam mendukung dunia pendidikan Indonesia, khususnya di daerah terpencil. Ya, suatu pengorbanan seorang aparat keamanan yang patut diacungkan jempol

Pasalnya, Brigpol Agus Prayoga terlihat turun tangan mengambil bagian dalam membantu para guru Sekolah di Distrik Mapia dalam Pelatihan Penggunaan Aplikasi Raport K-13, yang bertempat SD YPPK Abaimaida, pada Sabtu (13/02/21).

Dalam kesempatan tersebut, Brigpol Agus bertindak sebagai pemberi materi dengan para pesertanya Kepala Sekolah YPPK Abaimaida, Sabina Dogomo, S.Pd, beserta para guru Sekolah sebanyak 6 orang.

"Aplikasi Raport K13 ini bukan sebuah software yang harus kita instal, melainkan berbasis pada Microsoft Excel yang sudah disetting formatnya secara otomatis," demikian beber Agus dalam petikan materinya

Adapun SD YPPK Abaimaida, merupakan SD di Kabupaten Dogiyai yang akan menggunakan raport K-13 dan sama sekali belum ada pelatihan tentang aplikasi tersebut dari pihak Dinas terkait di Kabupaten Dogiyai.

Sehingga berdasarkan informasi yang diperoleh awak media ini dari Subbag Humas Polres Nabire, bahwa Kepala SD YPPK Abaimaida kemudian meminta tolong kepada anggota Bhabinkamtibmas yang kebetulan paham tentang Aplikasi tersebut.

"Iya benar, kami meminta tolong kepada Bhabinkamtibms Brigpol Agus Prayoga untuk mengajarkan kepada kami tentang penggunaan aplilsi tersebut, karena aplikasi ini menginput nilai raport model sekarang," demikian ungkap Sabina Dogomo, S.Pd, selaku Kepala Sekolah YPPK Abaimaida.

Demikian semangat seorang Abdi Negara dalam mengisi kemerdakaan bangsa ini ditempat dimana ia berada. Apa yang sudah dilakukan Brigpol Agus ini sekiranya bisa menjadi panutan bersama bahwa apapun profesi, pekerjaan dan jabatan Anda, mengajar dan mendidik sesama adalah kenyataan aksiomatis dalam tatanan hidup bersama. Semoga. (Red)

Mantri Yulianus Magai, Demi Rakyat Mapia Rela Melayani Warga Tanpa Upah



Dogiyai, SUARA.NABIRE - Betapa luhur hati seorang tenaga kesehatan (Mantri) bernama Yulianus Magai, yang menjalankan pengabdian kepada rakyat demi meningkatkan kesehatan bagi rakyat di pedalaman Mapia Tengah Kabupaten Dogiyai.

Pasalnya, apa yang dilakukan Yulianus merupakan bentuk pelayanan kesehatan tanpa mengharapkan biaya kepada masyarakat dari segala usia, mulai dari usia anak hingga pada ke usia lanjut.

Tidak hanya melakukan pelayanan pengobatan saja, bahwa demi menjaga masyarakat terhindar dari malaria, Yulianus sering membagikan kelambu kepada warga untuk mencegah penyakit yang disebabkan parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anoples.

Ketika ditemui awak media ini, pada Rabu (03/02/2021), Yulianus mengatakan sudah seharusnya seorang Mantri sebagai pelayan kesehatan melayani sesama.

"Sama seperti guru, kami mantri juga harus melayani sesama dalam tugas mulia yang Allah kasih sehingga dalam kondisi apapun pelayanan kami terus jalan," ujar Yulianus.

Dikatakannya, jika seorang mantri tidak melayani, maka kelak ia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat nanti.

"Kalau kami tidak layani rakyat, berarti pada akhir zaman Allah akan tanya kenapa engkau tidak pernah layani domba Saya? Berarti tidak ada jawaban yang saya siapkan untuk menjawab pertanyaan itu," demikian ucapnya.

"Jadi, apa yang kita tanam, itu yang akan dituai," tegas Yulianus yang sudah lama mengabdikan dirinya di Mapia Diyeugi

Di tempat yang sama, Yonas Magai, salah seorang rekan Mantri, mengatakan bahwa seorang mantri seharusnya tidak melarikan diri dari tugas dan tanggungjawab.

Sehingga Yonas berharap kepada Pemerintah Daerah agar ke depannya bisa memperhatikan nasib para Tenaga Kesehatan dalam hal ini Mantri dan Suster yang mengabdi pada daerah terpencil.

"Kepada Pemerintah Daerah, kami tenaga kesehatan terutama Mantri dan Suster yang bertugas di daerah terpencil ini perlu diperhatikan baik perumahan, kendaraan, dan obat-obatan yang hendak kami mau layani kepada rakyat disana," tutur Yonas

Menurutnya, Kabupaten Dogiyai bisa dimekarkan karena adanya rakyat, bukan karena adanya pejabat. 

"Apalagi saat ini situasi pandemi Covid-19 ini membuat rakyat tidak bisa buat apa-apa dalam hal ketika mereka sakit hendak mau berobat ke kota sangatlah rumit, Supaya rakyat kita ini dalam keadaan sehat-sehat bisa beraktivitas seperti biasa itulah harapan saya bersama Rekan Mantri Yulianus Magai," demikian tutup Yonas (Red)

Kontributor: Musa Boma

"Jangan Lupakan Kami Jika Kelak Anda Terpilih", Demikian Pesan Kris Penyandang Difabel

SUARA.NABIRE - Kris Yoani (43 Tahun), seorang pria penyandang difabel yang sehariannya berjualan pulsa di samping Kodim 1705 Nabire cukup antusias menyambut Pilbub Nabire yang direncanakan berlangsung serentak pada 9 Desember 2020 nanti.

Ketika ditemui awak media ini di sela-sela kesibukannya berjualan Pulsa, pada hari Kamis (19/11/2020), Kris mengatakan bahwa dirinya dan kaum difabel lainnya juga memiliki hak yang sama untuk memberikan suara mereka dalam Pilbub Nabire.

"Kami kaum difabel juga punya hak yang sama untuk memberikan suara kami pada Pilbup Nabire nanti," demikian tutur Kris

Kris berharap kepada ketiga kandidat yang berjuang di Pilkada Nabire, agar kelak jika salah satu dari mereka terpilih, mohon untuk lebih memperhatikan semua kaum difabel yang ada dikota nabire ini, 

"Selama ini saya melihat kaum difabel seperti tidak mendapat perhatian serius pemerintah, jadi saya harap kepada para calon kandidat yang saat ini maju dalam kontestasi pilkada ini tolong memperhatikan kami juga, karena kami ini manusia yang diciptakan Tuhan, cuman keberuntungan mungkin tidak berpihak kepada kami seperti orang normal lainnya," ungkapnya

Menurut Kris, penyandang difabel di Nabire cukup banyak, yang jumlahnya sekitar 500 orang, dan beberapa diantaranya berusaha mencukupi kebutuhan hidup dengan membuka usaha kecil-kecilan tanpa harus mengharapkan uluran tangan orang lain.

Sehingga Kris sangat mengharapkan agar ke depannya Dinas terkait bisa mendata semua penyandang difabel yang ada di Kabupaten Nabire.

Ketika ditanyai awak media ini tentang usahanya, Kris mengatakan bahwa usahanya sudah berjalan hampir 2 bulan lebih, dengan menggunakan modal dari hasil menjual motor pribadinya.

"Modal usaha jualan pulsa ini saya dapat dari hasil menjual motor saya, sehingga saat ini saya bisa menjalankan usaha ini," bebernya kepada awak media ini

Tak lupa Kris berpesan kepada ketiga Paslon Bupati dan Wakil Bupati Nabire agar tetap memberikan semua yang terbaik demi kemajuan Kabupaten Nabire tercinta.

Diakhir percakapan, Kris pun berucap dengan lirih: "Jangan Lupakan Kami Kaum Difabel Jika Kelak Anda Terpilih Sebagai Bupati dan Wakil Bupati Nabire". (Red-TN)

GALERI FOTO
(Oleh Tonci Numberi)



Begini Peran Wanita Mengisi Kemerdekaan Menurut Dua Tokoh Wanita di Kabupaten Nabire

SUARA.NABIRE - HUT Kemerdekaan RI yang ke-75 baru saja diperingati bangsa Indonesia. Tanpa melihat apakah dia laki-laki atau perempuan, tentu setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam menjalankan peran masing-masing untuk mengisi kemerdekaan.

Seorang Dosen dan Akademisi Perempuan di kabupaten Nabire, Dr. CH. M. Lewerissa, S.Sos., S.Pd., M.Si., sangat sepakat jika kaum perempuan tidak boleh berhenti berjuang dan harus terus mengisi kemerdekaan melalui bidangnya masing-masing.

"Melihat sejarah, tentu peran kaum perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja," ungkap Lewerissa kepada awak media ini saat ditemui diruangan LP2M Universitas Satya Wiyata Mandala (Uswim) Nabire, pada Selasa18 Agustus 2020.

Dan jika mau berkaca, lanjut Lewerissa, sungguh tak ada alasan bagi perempuan saat ini untuk tidak berjuang mengisi kemerdekaan dalam membangun Tanah Air Indonesia tercinta. 

"Pertama, tentu kemerdekaan ini adalah Anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Dan jika dilihat berdasarkan perspektif Akademisi, maka salah satu makna kemerdekaan bagi kaum perempuan adalah bagaimana memiliki inovasi-inovasi untuk mendesain pembelajaran dengan mengikuti teknologi yang berkembang saat ini," tutur Lewerissa yang saat ini menjabat sebagai Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) di Uswim Nabire.

Lewerissa menambahkan bahwa salah satu program dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah "Merdeka Belajar, dan Belajar Merdeka", yang memiliki pemahaman bahwa dosen atau pengajar wanita harus kreatif-inovatif demi memberi kebebasan dalam menuntun mahasiswa berinovasi sendiri

Menurutnya, saat ini tidak seperti awal kemerdekaan, dimana akses teknologi informasi belum seperti sekarang sehingga perjuangan perempuan dulu terbatas dalam mengupayakan kemerdekaan. Sekarang sarana dan prasarana sudah tersedia dan bebas digunakan oleh perempuan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak terlibat dalam emansipasi mengisi kemerdekaan.

"Apalagi khusus di Papua sini, saya sangat apresiasi bahwa kemerdekaan yang diberikan kepada kaum wanita ini sangat luas. Walaupun sudah menikah, anaknya sekian orang, tanggungannya berat, tetapi dengan keterbatasan yang ada, mereka kaum perempuan diberikan kesempatan oleh suami dan keluarganya untuk bersekolah dan menempuh pendidikan," ungkapnya 

"Banyak sekali mahasiswi kami di Uswim sini adalah kaum wanita yang sudah menikah dan memiliki anak, dan saya melihat mereka sangat antusias dan bersemangat dalam menempuh pendidikan di kampus ini," demikian dikatakan Lewerissa yang sudah mengabdi di kampus Uswim sejak tahun 1999.


Dr. CH. M. Lewerissa, S.Sos., S.Pd., M.Si (Kepala LP2M Uswim Nabire)

Ketika ditanyai tentang bagaimana membagi waktu antara pekerjaan sebagai dosen dan tanggungjawabnya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga, Lewerissa mengatakan bahwa hal pertama adalah membangun komunikasi yang baik dengan suami dan anak-anaknya.

"Yang terpenting adalah komunikasi, karena dengan komunikasi yang terbangun dengan baik, maka sesama anggota keluarga bisa saling menghargai. Dan sejauh ini suami dan anak-anak bisa mengerti bahkan mereka justru mendukung apa yang saya kerjakan," tutur ibu dari tiga orang anak ini.

Ditempat terpisah, seorang aktivis wanita di Nabire, Nancy Worabay, S.Sos, yang merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nabire, mengatakan bahwa dengan adanya pembangunan zaman sekarang, maka dituntut untuk semua komponen bisa berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan, termasuk kaum perempuan.

"Untuk kaum perempuan, khusus perempuan Papua di Kabupaten Nabire itu banyak yang punya potensi. Apalagi Perempuan Papua itu kan nilainya sangat Mahal. Sekarang ini rata-rata perempuan Papua itu punya prestasi, orangtua kasih sekolah dan berhasil, sehingga tidak ada alasan untuk tidak berpartisipasi mengisi kemerdekaan dalam berbagai bidang" tegas Nancy yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua FKPN kabupaten Nabire


Nancy Worabay, S.Sos (Aktivis Wanita dan Tokoh Politik)

Tak lupa Nancy juga menghimbau kepada seluruh perempuan Papua yang ada di Kabupaten Nabire agar bisa memberikan tenaga, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk bersama-sama berpartisipasi dalam pembangunan.

"Dalam hal ini setidaknya kaum perempuan bisa mendukung program Pemerintah, serta melakukan hal-hal positif dalam berkarir dan dengan apa saja yang bisa dilakukan untuk kemajuan kabupaten Nabire tercinta," ungkap Nancy.

Jadi, lanjut Nancy, kaum perempuan saat ini jangan tinggal diam dan hanya mengharapkan kaum pria saja, tetapi harus tunjukkan bahwa perempuan Papua juga bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat.

Terkait soal bagaimana membagi waktu antara karir dengan tanggungjawab sebagai istri dan ibu rumah tangga, Nancy mengatakan bahwa semuanya kembali kepada diri wanita itu sendiri dalam menyadari kodratnya sebagai kaum hawa yang dilahirkan untuk mengurus rumah tangganya kelak.

"Kita wanita ini tidak bisa menyangkal kodrat sebagai seorang ibu dari anak-anak kita dan sebagai istri dari suami kita. Sehingga ketika kita menyadari dan paham betul dengan kodrat kita, maka aktivitas setinggi apapun tentu kita akan mampu membagi waktu dengan keluarga. Dan saya pikir hal ini juga jelas tertulis di dalam Alkitab," demikian dikatakan Nancy Worabay ketika dikonfirmasi awak media ini melalui selulernya. (Red).

Sekilas Perjalanan Mantan Bupati A.P Youw Menuju Kepemimpinan Dua Periode di Nabire


SUARA.NABIRE - Dilahirkan dengan nama Anselmus Petrus Youw, atau yang sering disingkat A.P Youw, adalah sosok sahaja yang pernah memimpin Kabupaten Nabire selama dua periode, yaitu periode pertama tahun 1999 -2004, dan periode kedua tahun 2004 – 2009.

Banyak kalangan menilai bahwa Nabire dibawah kepemimpinan A.P Youw adalah Nabire yang sejahtera dan berseri. Betapa tidak, dengan salah satu konsepnya yang disebut "Gerbang Nun Biru", A.P Youw semakin dikenal sebagai salah satu pemimpin yang peduli terhadap pembangunan kota Nabire.

Adama, demikianlah sapaan akrab A.P Youw yang pada masanya dianggap sebagai sosok orang tua yang mampu mengayomi semua kalangan masyarakat yang berbeda-beda suku, etnis, dan agama di Kabupaten Nabire dan sekitarnya.

Namun, siapa yang sangka bahwa perjalanan menuju altar kepemimpinan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Nabire dilaluinya dengan penuh tantangan dan perjuangan yang sulit dan melelahkan.

Awalnya, Adama menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dari Epouto menuju Kokonau untuk bersekolah pada tingkat SD. Setelah 6 tahun di Kokonau, kemudian tahun 1960/1961 beliau masuk ke PMS Santo Paulus (sekarang SMP) di Padang Bulan Abepura, Jayapura. Dan selesai tahun 1964.

Pada awal tahun 1965 beliau melanjutkan ke SMA Gabungan dan selesai pada tahun 1968. Dan tahun 1969 beliau mulai masuk bekerja di kantor Gubernur di Inspektorat Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan Provinsi.

Pada tahun 1972 beliau dipindahkan ke Nabire dan langsung ditempatkan ke Paniai-Enarotali sebagai Wakil KPS (Kepala Pemerintah Setempat) untuk mendampingi KPS bapak Timotius Mote. (KPS adalah Camat).

Ditahun 1972 beliau menempuh tugas belajar di APDN Jayapura dan selesai di tahun 1975, sehingga di tahun yang sama beliau kembali lagi ke Nabire dan langsung membuka distrik Uwapa yang berkembang hingga sekarang.

Setelah itu, pada tahun 1977 beliau ditunjuk menjadi Camat di Wagete. Karena pada saat itu beliau yang dipercayakan untuk menyelesaikan semua persoalan di Wagete. Dan ternyata saat itu beliau memang sanggup menyelesaikan semua persoalan di sana. Beliau menjadi Camat Wagete dari tahun 1977-1980.

Hingga tahun 1981 beliau kembali dipindahkan ke Nabire di kantor Bupati Nabire selama 2 tahun. Setelah itu, beliau diangkat menjadi Camat Kota Nabire di tahun 1983.

Dan pada tahun 1984 beliau di kirim dengan tanpa test untuk mengikuti tugas belajar di IIP (Institut Ilmu Pemerintahan) Jakarta. Hingga tahun 1986, beliau menyelesaikan pendidikannya dengan baik di IIP Jakarta, dengan judul Skripsi; "Pemekaran Provinsi Papua Menjadi Empat Provinsi dengan Dua Puluh Delapan Kabupaten".

Setelah itu, beliau menjadi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nabire di tahun 1987 hingga tahun 1994. Dan puncak karirnya adalah ditahun 1998, dimana beliau berhasil melengserkan Yusuf Adipata sehingga sang Adama muncul menjadi Bupati Reformasi sejak tahun 1999 hingga dua periode.

Demikianlah perjalanan sang Adama menuju puncak kepemimpinan di Kabupaten Nabire. Dan dalam waktu 2 tahun sejak menjadi Bupati Nabire, beliau berhasil membangun kembali kota Nabire menjadi kota berseri dengan perputaran uang yang cukup stabil.

Menurut beliau, ketika selesai menjabat selama dua periode sebagai Bupati Nabire, tepatnya di tahun 2009, beliau turun dengan meninggalkan kas daerah berjumlah Rp.90 Miliar. (Red)

Nabire, 25 Juni 2020,
Kediaman A. P Youw
Bumi Wonorejo, Nabire

Mantan Pembalap Nabire Sari Saraka Sukses Membuka Bengkel "Akart"

SUARA.NABIRE - Bagi pencinta olahraga balap motor di kota Nabire bahkan di Papua, nama "Sari Saraka" bukanlah sosok yang asing. Betapa tidak, bapak dari 4 anak ini sudah memiliki segudang pengalaman di dunia balap motor lintasan aspal (road race) dan lintasan lumpur (grasstrack) bersama saudaranya: Asiz dan Hamzah Saraka.

Pria asal Bugis yang dilahirkan dan dibesarkan di kota Nabire ini awalnya mengikuti jejak sang kakak, Asiz Saraka, yang merupakan pembalap motor pertama di Nabire yang pada masanya selalu tampil sebagai juara 1 dalam setiap ajang kejuaraan grasstrack baik di tingkat lokal maupun Provinsi.

Sari sendiri memulai kariernya di dunia balap motor adalah sejak tahun 1998. Berbagai kejuaran balap motor baik di tingkat lokal, tingkat Provinsi hingga ke tingkat Nasional pernah diikuti Sari.

Ketika ditemui pada Selasa (23/06/2020) di bengkelnya, Sari bercerita bahwa perjalanan menjadi pembalap penuh dengan perjuangan dan banyak resiko yang harus dilalui. Ditambah lagi dengan kurangnya dukungan finansial.

"Saya memulai karir balap waktu itu cukup jatuh bangun karena kami ini dari keluarga yang pas-pasan. Dukungan finansial kurang, dan waktu itu kami dengan teman-teman memulainya dengan balapan liar di jalan yang penuh dengan resiko", ujar bapak yang memiliki nama lengkap M. Syahrir Saraka.

Terkait usaha bengkel motor yang dimiliki sekarang, Sari mengatakan bahwa memiliki bengkel motor sendiri seperti yang sudah berjalan saat ini, juga dimulai dari nol.


Suasana di Bengkel Akart (Foto:AB)

"Waktu itu saya mulai dari nol, saya dan saudara saya awalnya membuka bengkel di rumah sendiri. Setelah itu karena belum punya modal yang cukup, saya ikut membantu abang-abang di Karang Tumaritis, seperti abang Maming dan Cakra," demikian dikatakan Sari yang saat ini berusia 41 tahun.

Setelah bekerja dengan orang sambil mengumpulkan modal yang cukup, barulah pada tahun 2015, Sari mulai merintis bengkel sendiri yang diberi nama "Akart" yang merupakan kepanjangan dari "Anak Karang Tumaritis". Bengkel Akart terletak setelah tikungan Pasar Karang Tumaritis, jalan arah ke Batalyon, sebelah kiri jalan.

Untuk masyarakat kota Nabire dan sekitarnya, bengkel Akart merupakan bengkel motor terbesar dan cukup terkenal. Bahkan melalui bengkel ini, banyak pembalap-pembalap lokal bermunculan.

Aktivitas Sari Saraka di bengkel Akart (Foto:AB)

Ketika ditanya soal dampak dari pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial akibat virus corona terhadap usahanya, Sari mengatakan bahwa kebijakan tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatannya.

"Sepertinya Pemerintah Daerah belum siap dengan kebijakan yang diberlakukan. Kalo menurut saya, sebelum memutuskan kebijakan, seharusnya pemerintah memperhatikan dampaknya bagi kami para usahawan" ujar Sari.

"Pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial sangat mempengaruhi pendapatan kami, apalagi waktu semuanya di tutup jam 02.00 Wit, itu sangat memberatkan kami. Tapi untunglah saat ini sudah bisa dibuka sampai jam 06.00," demikian tegas Sari Saraka yang merupakan mantan pembalap motor Nabire yang paling banyak mengikuti turnamen balap di luar daerah (Red).