BREAKING NEWS
latest

728x90

Ads

468x60

header-ad

llmuan Jerman Memprediksi Hari Kematian Melalui Tes Darah?


Apakah kematian bisa diprediksi atau diperkirakan? Jawabannya pasti tidak. Bahkan seorang dokter yang telah memvonis pasiennya meninggal dunia pun bisa meleset. Tidak sedikit mereka yang justru berumur panjang, meskipun telah terkena penyakit mematikan.

Tapi kini, para peneliti telah mengembangkan tes darah, yang dapat memprediksi peluang Anda meninggal dunia dalam 10 tahun ke depan. Tes darah seperti apa yang bisa membuat mereka memprediksi, jika seseorang akan meninggal dunia dalam kurun waktu tersebut?

Dikutip dari dailymail.co.uk, mereka berharap jika hasilnya tes darah ini dapat digunakan untuk memandu perawatan pasien, seperti ia terlalu lemah untuk melakukan operasi. Berikut penjelasannya.

Tes darah prediksi kematian
Ilmuwan di Jerman menemukan 14 biomarker dalam darah, yang tampaknya memengaruhi risiko kematian, setelah menganalisis 44.000 orang.

Biomarker dikaitkan dengan segala sesuatu, mulai dari kekebalan dan kontrol gula darah hingga sirkulasi lemak dan peradangan.

Sebuah uji coba biomarker menemukan bahwa, sebanyak 83 persen akurat dalam memprediksi apakah seseorang akan meninggal dunia dalam dua hingga 16 tahun berikutnya.

Metodologi ini sendiri belum pernah dilakukan dalam tes darah konvensional, seperti yang digunakan untuk memeriksa apakah pasien memiliki infeksi.

Para ahli menyebut, jika penelitian ini sebagai 'langkah yang menyenangkan'. Tapi mereka menekankan, dibutuhkan lebih banyak penelitian sebelum tes ini dapat digunakan dalam 'kehidupan nyata'.

Dokter umumnya dapat memprediksi apakah seseorang akan meninggal dunia tahun depan, berdasarkan faktor-faktor seperti tekanan darah dan kadar kolesterol.

Namun, mengukur risiko kematian seseorang selama lima hingga 10 tahun mendatang lebih 'rumit', tulis tim itu dalam jurnal Nature Communications.


Peserta penelitian dalam tes darah terbaru
Dalam studi ini, pesertanya adalah keturunan Eropa dan diambil dari 12 studi yang ada, atau 'kohort'. Masa tindak lanjut studi ini berkisar antara dua hingga 16 tahun. Selama waktu ini, 5.512 peserta meninggal dunia.

Dalam sampel darah peserta, tim mencari 'biomarker metabolik' yang lebih tinggi pada mereka yang hidup lebih lama.

Mereka mengidentifikasi 14 penanda, yang ditemukan pada pria dan wanita, serta di semua usia. Biomarker ini digabungkan menjadi sebuah tes yang cukup rumit.

Untuk menilai efektivitasnya, para peneliti pertama-tama menilai risiko kematian peserta berdasarkan 'faktor konvensional'.

Ini termasuk BMI, tekanan darah, kolesterol, konsumsi alkohol dan merokok, serta diagnosis kanker atau penyakit jantung.

Tim peneliti kemudian menilai risiko kematian peserta, sesuai dengan biomarker dalam tes darah terbaru mereka.

Skor berkisar dari minus dua hingga tiga, dengan setiap peningkatan satu poin dikaitkan dengan risiko kematian dini yang hampir tiga kali lebih tinggi.

Selama dua hingga 16 tahun masa tindak lanjut, tes ini memperkirakan risiko kematian peserta dengan akurasi 83 persen.

Ini lebih unggul dari 'tes faktor risiko konvensional', yang hingga 79 persen akurat.

Kevin McConway, profesor statistik terapan emeritus di The Open University, mengatakan: 'Ini adalah penelitian yang solid dan menarik. Tapi itu tidak lebih dari sekadar menyelidiki kemungkinan mendirikan sistem untuk memperkirakan risiko kematian."

Dr Amanda Heslegrave, peneliti di UK Dementia Research Institute di University College London, menambahkan: "Biomarker memberi kita wawasan penting tentang apa yang terjadi dalam kesehatan dan penyakit."
« PREV
NEXT »

Tidak ada komentar