BREAKING NEWS
latest

728x90

Ads

468x60

header-ad

Identitas Pendidikan Agama Kriten (PAK)



Identitas dan ciri Pendidikan Kristen berpusat dalam Alkitab sebagai sumber dan dasar kebenaran Allah melalui diri Yesus Kristus. Artinya bahwa melalui Alkitab, Pendidikan Agama Kristen (PAK) dapat dikembangkan dalam dunia ini.

Dengan demikian, maka secara garis besarnya, Alkitab sebagai firman Allah yang hidup adalah landasan bagi penemuan identitas dan ciri dari PAK itu sendiri. Hal yang membedakan kehidupan kekristenan dan kehidupan duniawi adalah Kasih Kristus yang mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa manusia.

Menurut Busthan Abdy (2019:31-33), identitas dan ciri khas Pendidikan Agama Kristen (PAK) terdiri dari tiga hal berikut ini:

1. Percaya Kepada Yesus (Iman)
Dengan menjadikan Alkitab sebagai pedoman dalam PAK, pendidikan dapat mengarahkan setiap peserta didik secara implicit untuk bisa menemukan kebenaran Alkitabiah dalam perjumpaannya dengan Allah di dalam Kristus melalui “iman”, pengharapan, dan kasih. Pertemuan seperti ini terjadi ketika dia (naradidik-siswa) bisa secara pribadi telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, sehingga Allah berbicara padanya, dan dia pun dapat merespon sesuai dengan apa yang Allah inginkan dalam kehidupannya sehari-hari. Tanpa Iman dan pengalaman pribadi dengan Allah, maka PAK hanya akan berujung pada kemungkinan-kemungkinan yang berujung pada ketidakpastian.

2. Meneladani Kehidupan Yesus (Mengikut)
Dengan menjadikan Alkitab sebagai dasar dan pedoman dalam PAK, maka siswa atau naradidik dapatlah belajar dan meneladani pribadi Yesus Kristus, yakni setiap apa yang sudah diperintahkan Tuhan, haruslah dilakukan dengan mengikuti teladan dan petunjuk dalam diri Yesus Kristus. Sehingga siswa dapatlah bertumbuh dan menemukan hal-hal yang baru untuk melangsungkan kehidupan di dunia ini.

3. Berbuah, Lalu Membawa jiwa
Ada dua hal yang dipahami disini, yaitu ‘berbuah’ lalu ‘membawa jiwa’. Karena, dengan menjadikan Alkitab sebagai dasar dan pedoman dalam PAK, maka naradidik dapat berbuah melalui “buah-buah Roh” yaitu suatu manifestasi fisik dari transformasi kehidupan seorang Kristen. PAK dituntut untuk menjadi penjala manusia (Matius 4:19), yaitu dengan membawa jiwa-jiwa baru untuk datang kepada Kristus.

Untuk menjadi dewasa sebagai orang-orang percaya, maka siswa juga harus mempelajari dan mengerti apa itu The Nine Biblical Attributes atau kesembilan simbol-simbol Alkitabiah (Fruit of the Spirit) yang nyata dalam pribadi Yesus Kristus, seperti yang terdapat dalam kitab Galatia 5:22-23, yaitu gaya hidup tulus ikhlas yang disebut "buah Roh".

Gaya hidup tulus ikhlas ini dihasilkan dari kepribadian anak Tuhan sewaktu mereka mengizinkan Roh menuntun dan mempengaruhi hidup mereka sedemikiannya sehingga mereka membinasakan kuasa dosa khususnya dalam perbuatan tabiat berdosa dan hidup dalam persekutuan Allah (lihat. Roma 8:5-14; Roma 8:14; atau Roma 8:5-14; 8:14) (bandingkan. 2 Korintus 6:6; Efesus 4:2-3; 5:9; Kolose 3:12-15; 2 Petrus 1:4-9). Sembilan buah Roh itu adalah:

(1) Kasih (bahasa Yunani: agape) yaitu memperhatikan dan mencari yang terbaik bagi orang lain tanpa alasan pamrih (Rom 5:5; 1 Kor 13:1-13; Efesus 5:2; Kolose 3:14).

(2) Sukacita (Yunani: chara) yaitu perasaan senang yang berlandaskan kasih, kasih karunia, berkat, janji, dan kehadiran Allah yang dimiliki orang yang percaya pada Kristus (Mazmur 119:16; 2 Korintus 6:10; 12:9; 1 Petrus 1:8; lihat catatan Filipi 1:14; Filipi 1:14).

(3) Damai sejahtera (Yunani: eirene) yaitu, ketenangan hati dan pikiran yang berlandaskan pengetahuan bahwa semua beres di antara orang percaya dengan Bapanya di sorga (Roma 15:33; Filipi 4:7; 1 Tesalonika 5:23; Ibrani 13:20).

(4) Kesabaran (Yunani: makrothumia) yaitu ketabahan, panjang sabar, tidak mudah marah atau putus asa (Efesus 4:2; 2 Timotius 3:10; Ibrani 12:1).

(5) Kemurahan (Yunani: chrestotes) yaitu tidak mau menyakiti orang lain atau menyebabkan penderitaan (Efesus 4:32; Kolose 3:12; 1 Petrus 2:3).

(6) Kebaikan (Yunani: agathosune) yaitu hal bergairah akan kebenaran dan keadilan serta membenci kejahatan; dapat terungkap dalam perbuatan baik (Lukas 7:37-50) atau menegur dan memperbaiki kejahatan (Matius 21:12-13).

(7) Kesetiaan (Yunani: pistis) yaitu kesetiaan yang teguh dan kokoh terhadap orang yang telah dipersatukan dengan kita oleh janji, komitmen, sifat layak dipercayai dan kejujuran (Matius 23:23; Roma 3:3; 1 Timotius 6:12; 2 Timotius 2:2; 4:7; Titus 2:10).

(8) Kelemahlembutan (Yunani: prautes), pengekangan yang berpadu dengan kekuatan dan keberanian dari seseorang; menggambarkan seorang bisa marah pada saat diperlukan dan bisa tunduk dengan rendah hati apabila itu diperlukan (2 Timotius 2:25; 1 Petrus 3:15; mengenai kelembutan dalam Yesus, bandingkan. Matius 11:29 dengan Matius 23:1-36 dan Markus 3:5; dalam diri Paulus, bandingkan 2 Korintus 10:1 dengan 2 Korintus 10:4-6 dan Galatia 1:9; dalam Musa, bandingkan. Bilangan 12:3 dengan Keluaran 32:19-20).

(9) Penguasaan diri (Yunani: egkrateia), yaitu menguasai keinginan dan nafsu diri sendiri, termasuk kesetiaan pada ikrar pernikahan; juga kesucian (1 Korintus 7:9; 9:25; Titus 1:8; 2:5).

Rasul Paulus menegaskan buah Roh ini dengan menunjukkan bahwa gaya hidup seperti ini tidak bisa dibatasi. Orang Kristen dapat dan bahkan harus mempraktikkan sifat-sifat baik ini berkali-kali; mereka tidak akan menemukan hukum yang melarang mereka hidup menurut prinsip-prinsip ini. Sebab buah-buah yang dihasilkan oleh Roh, merupakan kewajiban atau ibadah bagi setiap orang Kristen.

#Oleh: Abdy Busthan


Daftar Pustaka:
Busthan Abdy (2019). Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Etika Kristen. Kupang: Yayasan Kasih Imanuel Mahawira
« PREV
NEXT »

Tidak ada komentar